Sabtu, 10 Juli 2010

aku tau mimpimu...

Alkisah, di sebuah desa miskin ada satu sekolah dasar. Hanya sedikit muridnya karena kebanyakan anak-anak di desa itu membantu orang tuanya mencari nafkah. Suatu hari, satu-satunya guru yang ada di sekolah itu sedang memberi pelajaran mengarang. Setelah menjelaskan cara-cara mengarang cerita, si guru memberikan pekerjaan rumah. “Anak-anak, pekerjaan rumah hari ini adalah mengarang dengan judul cita-citaku. Besok, hasil karangan kalian di baca didepan kelas satu per satu...”

Keesokkan hatinya, murid-murid maju ke depan kelas dan membacakan karangannya masing-masing. Kebanyakan dari mereka bercita-cita menjadi guru, petani, atau pegawai pemerintah, dll. Sang guru menggut-manggut tanda setuju. Lalu, tiba seorang murid yang paling mudah usianya. Bajunya tambal sulam, tubuhnya kurus kecil, tapi suaranya sangat lantang. “Kalau besar nanti, aku ingin punya rumah besar di atas bukit, dengan pemandangan yang indah, berdampingan dengan pohon-pohon kecil di sekelilingnya untuk tempat peristirahatan. Berderet pohon cemara dan poho-pohon yang rindang di antara rumah-rumah itu. Ada taman bunga bertata apik dengan beraneka bunga dan warna. Ada kebun buah dengan buah-buahan lezat yang bisa dipetik oleh penghuni rumah dan penduduk disekitarnya. Saya ingin jadi orang sukses dan bahagia bersama dengan keluarga besar dan para tamu yang datang disana...”

Mendengar suara lantang si murid kecil itu, kontan seisi kelas tertawa bersamaan. “Dasar pemimpi...!” ejek murid yang lain. Mereka mencemooh cita-cita si murid kecil. Melihat kegasuhan itu, si guru jadi marah-marah. Ia menganggap, biang kerok kegaduhan itu adalah si murid kecil. Si guru menegurnya, “Yang kamu tulis itu bukan cita-cita, tapi itu impian yang tidak mungkin terjadi. Kamu harus tulis ulang tentang cita-citamu yang sebenarnya,” perintah sang guru.

“Guru, ini adalah cita-citaku yang sebenarnya. Ini bukan hanya mimpi, ini bisa menjadi kenyataan,” murid kecil bersikeras.

“Hei...Kamu hidup di desa yang miskin, keluarga juga keluarga yang miskin. Bagaimana kamu akan mewujudkan cita-cita seperti itu? Dasar pemimpi...! Buat karangan yan masuk akal saja!” Teriak si guru muali tidak sabar.
“Aku tidak mau cita-cita yang lain. Ini cita-citaku tidak ada yang lain...,” si murid kecil ngotot.
“besok kamu harus bawa karangan yang baru. Jika tidak kamu perbaiki karangan kamu itu, kamu akan mendapat nilai jelek,” si guru mulai mengancam. Namun keesokkan harinya, si murid ke sekolah tanpa membawa karangan baru. Walau di ancam dan di permalukan seperti itu, ia tetap pada cita-cita semulanya. Karena sikapnya yang keras kepala dan tidak mau mengikuti perintah guru, akhirnya ia mendapat nilai paling jelek di kelas.

Tanpa terasa waktu terus berjalan. 30 tahun kemudian, si guru masih tetap mengajar di sekolah dasar itu. Suatu hari, ia mengajak murid-muridnya bea=lajar sambil berwisata ke sebuah kebun buah di atas bukit yang sangat terkenal. Kebun buah itu berada di desa tetangga, tidak seberapa jauh dari desa tempat mereka tinggal. Sesampai di kebun buah yang luas dan indah itu, si guru dan murid-muridnya berdecak kagum. Kebun buah itu ternyata di lengkapi dengan sebuah taman bunga yang luas, di kelilingi pepohonan yang rindang nan sejuk. Yang lebih mengagumkan, di dekatnya terdapat rumah besar bak istana. Tinggi menjulang, mega, dan sangat indah arsitekturnya.

“Orang yang membangun istana ini pastilah orang yang sangat hebat... Mengapa baru sekarang aku tahu ada tempat seindah ini...,” gumam si guru terkagum-kagum. Tiba-tiba terdengar jawaban, “ Bukan orang hebat yang membangun rumah ini... hanya seorang murid bandel yang berani bermimpi punya cita-cita yang besar. Pasti, yang lebih hebat adalah guru dulu yang mendidik bocah itu... Mari masuk ke dalam rumah. Kita nikmati teh dan buah-buahan terbaik dari kebun ini...,” ujar si pemilik rumah itu dengan ramah.

Mendengar ucapan itu, mendadak guru itu terpanah dan teringat siapa yang berdiri di depannya. Dia adalah si murid kecil yang keras kepala yang mendapat nilai jelek waktu itu. Sekarang dia telah menjelma menjadi pengusaha yang sukses. Matanya berkaca-kaca, merasa bersyukur sekali dan sekaligus menahan malu karena 30 tahun yang lalu dirinya melecehkan cita-cita anak itu.

  JIKA ADA ORANG YANG MENGEJEK DAN MENCEMOOH MIMPI-MIMPI ANDA KITA, JANGAN PERNAH BERKECIL HATI. HANYA ATU JAWABANNYA, KUATKAN TEKAD DAN SEMANGAT, LALU BERJUANG DENGAN SEKUAT TENAGA, DAN BUKTIKAN BAHWA KITA MAMPU DAN BERHAK UNTUK MENDAPATKAN YANG TERBAIK DARI HIDUP KITA.
semnat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar