Sabtu, 29 Mei 2010

Hiduplah Saat Ini

Yang anda miliki hanya SAAT INI. Ukuran ketenangan jiwa dan efektivitas pribadi kita ditentukan oleh besarnya kemampuan kita untuk hidup di saat sekarang. Tanpa memedulikan apa yang telah terjadi kemarin dan apa yang akan terjadi esok., SAAT INI adalah tempat anda berada. Dari sudut pandang ini, kunci kebahagiaan dan kepuasan terletak pada pemusatan pikiran kita saat ini!

Salah satu keindahan dalam dunia anak-anak adalah mereka melibatkan diri secara total pada masa sekarang. Mereka berusaha tetap terlibat secara total dengan apa pun yang mereka kerjakan, entah mengamati kumbang, menggambar, membuat istana pasir, atau apa pun yang mereka pilih untuk mereka kerjakan.

Setelah dewasa, kebanyakan dari kita belajar seni memikirkan dan mencemaskan beberapa hal sekaligus. Kita membiarkan masalah-masalah yang lalu dan yang akan datang memadati saat ini sehingga kita sengsara dan tidak efektif. Kita juga belajar menunda kesenangan dan kebahagiaan, dengan anggapan bahwa suatu ketika di masa mendatang segalanya menjadi lebih baik daripada sekarang.

Anak-anak sekolah lanjutan berpikir, "Kalau nanti aku lulus dari sekolah ini dan tidak harus mengerjakan apa yang diperintahkan, segalanya pasti menyangkan!" Ia lulus sekolah dan tiba-tiba menyadari bahwa ia tidak bisa bahagia sebelum pergi jauh dari rumah., Ia meninggalkan rumah orangtuanya dan belajar di universitas dan tak lama kemudian memutuskan , "Kalau aku
lulus, aku barui benar-benar bahagia!" Akhirnya ia memperoleh gelarnya pada saat ia merasa ia tidak akan bisa bahagia sebelum ia punya pekerjaan.

Ia mendapat pekerjaan dan mulai bekerja dari bawah. Anda sudah menebaknya. Ia belum bisa bahagia sekarang. Tahun demi tahun berlalu, ia menunda kebahagiaan dan ketenangan pikirannya sampai ia bertunangan, menikah, mencicil rumah, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, membina keluarga, menyekolahkan anak-anak, punya rumah sendiri, menyaksikan anak-anak lulus, pensiun.. dan akhirnya mati sebelum sempat merasa benar-benar bahagia. Semua
saat-saat yang menjadi miliknya digunakan untuk merencanakan hari depan yang
bahagia yang tidak pernah tiba.

Apakah anda sedikit banyak berkaitan dengan kisah ini? Apakah anda kenal seseorang yang menunda kebahagiaan sampai suatu saat nanti? Agar bahagia, anda harus melibatkan diri sepenuhnya dengan saat ini. Kebahagiaan tidak hanya kita peroleh pada saat kita sampai pada suatu tujuan, tetapi juga di dalam perjalanan mencapai tujuan itu.
Demikian pula, kita bisa menunda melewatkan waktu bersama orang yang paling berarti dalam hidup kita. Beberapa tahun yang lalu, sebuah penelitian di Amerika berupaya mengungkapkan banyaknya quality time yang digunakan oleh para ayah dari golongan menengah dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Para pesertanya menempelkan mikroifon di baju mereka untuk memonitor seberapa banyak komunikasi yang terjadi antara ayah dan anak setiap hari. Penelitian itu menunjukkan bahwa rata-rata ayah kelas menengah menggunakan quality time kira-kira tiga puluh tujuh detik setiap hari dengan anak mereka. Tak perlu diragukan lagi, kebanyakan para ayah yang terlibat dalam penelitian itu mempunyai rencana-rencana hebat untuk melewatkan waktu bersama anak-anak mereka, "Kalau rumah sudah selesai", "Kalau kesibukan di tempat kerja sudah berkurang", "Kalau simpanan di bank sudah banyak" .. masalahnya, tidak seorang pun di antara kita yang bisa menjamin kita masih di sini besok. Yang kita miliki hanya saat ini.

Hidup di saat ini juga berarti kita menikmati segala apa yang kita perbuat, dan bukan hanya hasil akhirnya. Jika anda kebetulan sedang mengecat serambi, anda punya kesempatan menikmati setiap sapuan kuas, mempelajari semua cara terbaik dalam melakukan pekerjaan itu, sambil menikmati embusan angin yang menerpa wajah anda, burung yang berkicau di pepohonan, dan segala yang terjadi di sekitar anda. Hidup di saat ini berarti kita mengembangkan kesadaran kita untuk membuat masa sekarang lebih nikmat dan bukan membuatnya hambar. Kita masing-masing mempunyai pilihan, dari waktu ke waktu, apakah kita benar-benar hidup dan teelibat dan membiarkan diri kita disentuh dan dipengaruhi atau tidak.

Kalau kita hidup di masa kini, berarti kita mengenyahkan rasa takut dari pikiran kita. Karena ketakutan pada dasarnya adalah pikiran tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di saat yang akan datang. Pikiran ini bisa melumpuhkan sampai pada suatu titik dimana kita berpikir bahwa kita tidak mungkin lagi melakukan sesuatu yang konstruktif. Bagaimana pun, anda hanya rentan terhadap rasa takut yang intens manakala anda tidak aktif.

Begitu anda bertindak dan benar-benar melakukan sesuatu, ketakutan akan sirna. Hidup di saat ini adalah bertindak dan terlibat tanpa rasa takut atau mengkhawatirkan hasil yang bakal kita peroleh. Perlu diingat bahwa kita tidak bisa menggantikan sesuatu dengan kekosongan:
jika ada kekhawatiran dalam pikiran anda; seperti mobil anda meledak, tidaklah mudah mengosongkan pikiran anda begitu saja dan memperoleh ketentaman. Cara termudah untuk meningkatkan kondisi mental anda adalah dengan bertindak, melibatkan diri, dan berpartisipasi. LAKUKAN SESUATU! APA SAJA. Teleponlah kawan lama, atau cari kenalan baru, pergilah ke gedung olahraga, ajaklah anak-anak ke taman, atau bantulah tetangga anda di
kebunnya.

Rangkuman
Waktu tidak benar-benar ada, kecuali sebagai konsep abstrak dalam pikiran anda. Saat ini adalah satu-satunya waktu yang anda miliki. Lakukanlah sesuatu yang berarti saat ini! Mark Twain pernah mengatakan bahwa ia telah mengalami berbagai kepahitan dalam hidupnya. Beberapa di antaranya benar-benar terjadi! Bukankah memang benar begitu? Kala menghadapi masalah kita cenderung menyesali diri, merenungi tentang apa yang akan terjadi. Tetapi jika kita melihat saat ini, yang merupakan satu-satunya yang kita miliki, sama sekali tidak ada masalah yang pelik! Hiduplah saat ini!

mengheningkan cipta...

TAK KAN LARI, JODOH DIKEJAR 
Oleh Fiyan Arjun

Belum lama ini saya mendapatkan surat undangan dari seorang kawan lama sewaktu masih saya masih aktif di organisasi kepemudaan. Kawan saya itu datang ke rumah saya saat pada malam hari dimana saya sedang istirahat. Karena pada siang harinya kawan saya itu mengajar disebuah lembaga bimbingan belajar. Memang kebanyakan orang tua dulu bilang bahwa dalam bulan Islam antara bulan Syawal dan bulan Dzulhijjah merupakan bulan baik untuk melaksanakan perhelatan. Resepsi pernikahan.
Entah, sudah berapa banyak silih berganti surat undangan yang jatuh ketangan saya. Saat saya membuka dan membacanya timbul sebuah pertanyaan dalam hati,” Kapan ya giliran saya?” Begitulah yang terlintas dalam benak saya. Apalagi kawan saya itu datang dengan membawa banyak surat undangan untuk ia sebarluaskan kepada teman-temannya, kerabat maupun handaitaulannya.
Wah, enak nih sudah dapat calon!” seru saya berguyon saat kawan saya itu memberi surat undangan kepada saya.
Ya, namanya juga jodoh, Yan,” jawabnya sambil malu-malu kucing. Kebetulan kawan saya itu datang mengundang saya bersama calon istrinya yang sudah ia nikahi sebelumnya. Yang menurut saya calon istri kawan saya itu sudah layak sesuai dengan kriteria seorang akhwat shaleha.
Itulah yang namanya jodoh! Kadang selama ini kita sering kali menganggap jodoh adalah sebuah misteri. Artinya jodoh adalah sesuatu yang tidak dapat diketahui oleh manusia--Tuhan yang mengetahui hal tersebut. Anggapan orang-orang bilang bahwa jodoh adalah misteri adalah ter-indikasi-kan bahwa jodoh sesuatu yang telah Tuhan tentukan untuk kemudian disembunyikan dari hambanya, sehingga jodoh tetap menjadi misteri. Tetapi benarkah jodoh itu misteri? Apakah jodoh adalah sesuatu yang telah ditetapkan dan diatur oleh Tuhan? Apakah tidak ada kebebasan bagi manusia untuk memilih jodoh untuk dirinya sendiri.
Hal ini mengingatkan saya pada guru ngaji saya ketika ia mengajukan kepada kawan-kawan (anak didiknya) yang lainnya. Guru ngaji saya bilang,” Siapa nih yang sudah siap nikah? Nih, ditangan saya ada proposal akhwat yang sedang mencari ikhwan yang siap menjadi calon istrinya,” ujarnya kepada saya maupun pada kawan kawan saya yang lainnya.
Tiba-tiba suasana pun hening.
Kami pun saling adu pandang! Mengira-ngira siapa yang bersedia untuk siap berumah tangga. Akhirnya suasanya pun menjadi riuh saling tunjuk satu dengan yang lainnya.
Nah, ente aje deh yang buru-buru nikah. Ente kan udah gawe dan mapan? Siapa sih akhwat yang tidak mau?” Itulah kalimat-kalimat yang terlontar dari kawan-kawan saya yang lainnya. Saling tunjuk mencari “sasaran.”
Saya? Sepertinya tidak!
Kenapa? Karena saya belum bisa dikriteriakan ikhwan yang mapan untuk sebagai seorang ikhwan yang siap menikah. Memang menikah adalah suatu hal yang sunnah yang perlu di laksanakan. Tapi bagaimana kalau seorang seperti saya belum mapan—menikah juga bukan sebuah permaianan. Karena dalam suatu pernikahan tersimpan suatu yang sakral untuk kita hormati. Untuk itulah saya tidak mau terburu-buru. Toh, nanti jodoh akan datang sendirinya—Tuhan yang akan memberi jalan-Nya dalam ikhtiar saya. Semoga!
Namun dengan demikian, ada hukum kehidupan yang kita kenal dan juga pepatah “Tak Kenal Mak Tak Sayang. Tak Sayang Maka Tak Cinta.” Artinya untuk memperoleh pasangan hidup maka kita harus ada proses interaksi terlebih dahulu. Jadi sangatlah tidak mungkin kalau seorang berdiam diri saja dirumah. Tanpa berinteraksi atau ber- muamalah dengan siapa pun tak akan memperoleh pasangan. Oleh karena itu jodoh kita berada di tempat dimana kita berada dengan tingkat intensitas yang tinggi. Apabila kita sering nongkrong di CafĂ©, kita akan memperoleh jodoh kita ada ditempat dimana kita “nongkrong.” Seperti ungkapan yang sering kita dengar, “ Kalau kita bergaul dengan tukang minyak wangi, kita akan kecipratan wanginya. Begitu juga kalau kita bergaul dengan seorang pembunuh tentu-nya kita akan kecipratan darahnya pula!” Entahlah, benar atau tidaknya saya juga masih rancu dengan pepatah tersebut. Tapi bagi saya itu tak ada pengaruhnya dalam kehidupan saya. Begitu juga ketika menentukan jodoh! Kalau ingin mendapatkan akhwat shaleha, ya kita harus banyak pergi ke majlis taklim bukannya ke bar maupun ke pub. Bukankah begitu?
Jadi jodoh bukanlah sebuah misteri, karena pada dasarnya kita dapat mengetahui siapa yang kira-kira akan menjadi jodoh kita?
Lalu bagaimana dengan orang yang sudah menikah dan kemudian cerai, apakah itu bukan jodoh? Janganlah kita katakan,” bukan jodoh,” atas hal tersebut. Sesungguhnya hal tesebut kegagalannya dalam mengelola hubungan dengan seseorang dimana seseorang masih mengedepankan egon-nya.
Terus bagaimana dengan yang belum dapat pasangan? Seperti saya contohnya yang high quality jomblo? Hal itu bukankah berarti Tuhan belum menimbulkan atau memilih seseorang untuk kita karena seperti yang telah saya paparkan diatas--pengalaman saya bahwa masalah siapa-siapa adalah urusan sendiri. Dan apabila kita masih belum mendapatkan pasangan juga, jangan men-judge Tuhan dengan,” belum jodoh,” karena bisa jadi ada yang tidak beres pada diri kita.

Makna Kebenaran Dalam Kehidupan

Di dalam dunia ini mungkin ada satu hal yang disebut kebenaran.

Mungkin ada banyak orang yang berusaha untuk senantiasa mencari kebenaran.
Mungkin ada yang suka bertualang untuk mencari kebenaran.
Berpikir begini dan begitu.
Berpikir ini lebih baik dari yang lain...
Mencoba menelaah
Apakah ini lebih benar?

Kawan...
Aku mengaku disini
Aku bukan seorang yang pandai dan tahu banyak hal.
Aku juga bukan seorang cerdas yang bisa benar-benar paham arti kebenaran.
Aku tidak tahu banyak.
Sedikit sekali...

Aku belum benar-benar paham tentang makna sebuah kebenaran

Namun satu hal yang aku tahu
Dan aku percaya

Bahwa
Di dalam kebenaran pasti ada kasih
Di dalam kebenaran pasti ada damai sejahtera
Di dalam kebenaran pasti tak ada kecurigaan
Di dalam kebenaran pasti tak ada kebencian
Di dalam kebenaran pasti tak ada ajaran untuk merendahkan ajaran lain
Di dalam kebenaran tidak ada doktrin untuk meninggikan kebenaran itu sendiri.

Apakah kebenaran namanya kalau disitu kita malah kita curiga pada golongan lain?
Apakah kebenaran namanya kalau kita malah bersikap ekstrem dan menolak pandangan lain?
Apakah kebenaran namanya kalau aku tidak melihat buah-buah baik terpancar dari dalamnya?
Yang pasti kebenaran absolute hanya ada dari tuhan YME, karena di dunia ini kebenaran dapat di bolak-balik

Jumat, 28 Mei 2010

Kebingungan yang Terdalam..padahal g usah bingung khan?

Sebuah puisi yang amat sangat dalam, tapi mungkin sulit dimengerti bagi orang awam.
Nikmatilah...eheheh...ngacapruk.com

Rintik-rintik hujan mengguyur sekujur tubuh ini malam ini
Hembusan angin menyibak lamunan yang telah lama mengunci
Hati bimbang tak tahu sedang apa dirinya kini

Kuingin hujan bawa ku terbang
Kuingin tetesan air buat ku melayang
Merasakan keindahan sebagai nikmat Tuhan

Aku bersyukur...
Aku berterima kasih...
Aku tak ingin jatuh...
Jatuh dalam kubangan lumpur
Soalnya bau, butek, berbahaya lagi
Nanti aku mati gimana? Kamu mau tanggung utang-utangku, mau yach? Hee...

Sampai dimana aku bisa merasakan rindu
merasakan kangen
dan merasakan miss
Kalau hal itu terjadi maka aku yakin aku akan bingung
Karena kata-kata itu artinya sama

Mungkin di kala aku sendiri
Aku akan selalu merindukanmu
Tapi di saat rasa rindu hadir
Aku hanya menangis dan menangis
Sebab tak ada yang bisa aku lakukan
Kecuali makan sayur asem, jengkol, nasgor,
buryam, bakso, sate cicak, dan lain sebagainya

Apapun itu
Aku yakin anda pun bingung
sama seperti aku

Hooaammm...
Udah ngantuk,
tidur aah...



Mungkinkah (Puisi Resapan Hati, huwekzz..)
Puisiku yang paling aneh....

Luahan rasa kasih dalam benak ini
Mungkin tak sanggup ku ungkap lagi
Sebisa diriku terus merenungi
Perjalanan hidup yang selalu kunanti

Kehadiranmu walau hanya dalam mimpi
Selalu ku harap sebagai isyarat hati
Walau hanya sekedar cinta mati
Ku rela hingga nafas berhenti

Mungkinkah ku bisa bertahan
dalam setiap renungan
Mungkinkah ku masih bisa lihat senyuman
dirimu yang ku impikan...